Pages

Sabtu, 11 Juli 2020

Perbedaan itu adalah rahmat

Perbedaan itu sesungguhnya adalah rahmat Allah. Tidak terbayangkan jika didunia ini hanya ada satu jenis warna saja; putih misalnya, atau Allah mencipta laki-laki saja tanpa wanita. Begitu pula dengan perbedaan kepemilikan harta; agar si kaya dapat berbagi kepada si miskin. Bahkan perbedaan pendapat dan pemikiran juga merupakan rahmat yang begitu besar agar orang yang lebih banyak mengetahui dapat berbagi ilmu kepada orang yang lebih sedikit mengetahui tentang perkara apa saja. Sehingga kita tidak membabi-buta untuk menafsirkan sebuah perkara yang belum jelas kebenarannya. Bersikap baik sangka dan melakukan tabayyun untuk mencari klarifikasi atas sebuah perkara adalah sikap yang utama dan lebih baik. Bukan malah sebaliknya, menyebar berita yang tidak jelas kebenarannya untuk merendahkan yang lain.

Allah ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 12, agar orang-orang beriman menjauhi prasangka karena sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan dilarang untuk mencari-cari kesalahan orang lain, serta larangan dari perbuatan menggunjing sebagaian yang lain. Ayat tersebut jelas mengisyaratkan kita agar menjaga hati dari prasangka-prasangka yang tidak jelas kebenarnnya, menjaga diri dari mencari-cari kesalahan orang lain dan larangan untuk menggunjing. Hoax yang banyak beredar akhir-akhir ini jelas bernilai melanggar ketiga larangan tersebut atau salah satunya.

Manusia beserta aksesoris yang disandangnya diciptakan tidak ada yang sama, meskipun saudara kembar sekalipun. Bukan karena Allah tidak dapat mencipta sesuatu yang sama persis, justru karena Allah Maha Kuasa mencipta sesuatu yang unik antara satu dengan lainnya. Tentu tidak sama dengan hasil karya manusia yang membuat sesuatu sama persis antara satu dengan lainnya. Karena perbedaan-perbedaan ini, maka dunia yang kita tempati menjadi tempat yang menyenangkan dan penuh warna. Jika kita tidak menyadari atau bahkan tidak mau mengakuinya, itu yang menjadi sebab dunia ini menjadi menakutkan dan berwarna kelam.

Dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13, Allah berfirman: “Hai manusia! Sungguh, Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan kemudian menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sungguh, orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti” (QS. Al-Hujurat:13). Ayat tersebut jelas mengisyaratkan kepada kita bahwa sejatinya manusia itu tercipta berbeda, tentu dengan segala aksesoris yang disandangnya. Allah ta’ala sesungguhnya tidak memandang perbedaan tersebut, Allah tidak memandang kaya atau miskin, perbedaan warna kulit, perbedaan suku dan bangsa. Di awal ayat, Allah menggunakan “Hai manusia” bukan “Hai orang yang beriman”, pada kenyataannya manusia hari ini tidak memiliki keyakinan yang satu.

Apakah perbedaan pendapat satu orang dengan lainnya menjadikan perbedaan pada tingkat takwa-nya terhadap Allah? Sungguh, hanya Allah jua yang Maha Mengetahui. Para Imam mazhab yang hasil pemikirannya menjadi rujukan hukum syariat atau hukum fiqh, tidak luput dari perbedaan pendapat dalam menentukan hukum masing-masing perkara. Perbedaan pendapat para imam mazhab tersebut dipengaruhi oleh situasi, kondisi, lingkungan dan kebiasaan masyarakat, tapi kenyataannya mereka (para imam/ulama) saling menghormati dengan perasaan takzim masing-masing pendapat yang lain. Tidak langsung menyatakan klaim bahwa pendapatnya adalah yang lebih baik atau terbaik dari yang lain.

Wallohua’lam bishawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar